RUNGKUT TENGAH III NO. 35 A / TELP : 081999975040 - 085237770073

Senin, 10 September 2012

Bkkbn Jatim Gagas Pendidikan Pranikah


Surabaya, target investigasi


Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana (BKKBN) Provinsi Jatim menggagas pendidikan pranikah bagi para remaja.   Hal itu dilakukan untuk menekan angka kegagalan dalam pernikahan dan sekaligus untuk mematangkan mental dalam mengarungi biduk rumah tangga.
“Pendidikan pranikah ini sangat penting. Selain untuk mengurangi perceraian, juga untuk menjadikan ketahanan keluarga," ujar Kepala BKKBN Jawa Timur Djuwartini SKM MM,
Dia menuturkan, pendidikan pranikah ini sama halnya yang dilakukan di luar negeri, salah satunya Malaysia. Karena
itu, untuk mewujudkan gagasan tersebut, pihaknya akan melakukan studi banding ke Negeri Jiran. Beberapa elemen yang bakal terlibat dalam pendidikan pranikah ini telah dipersiapkan, di antara dengan kedokteran, psikolog dan praktisi keagamaan.
Namun, BKKBN masih kesulitan untuk mencari model pendidikan pranikah tersebut."Kita masih cari model bagaimana pendidikan pranikah. Termasuk dengan melakukan sejumlah penelitian," ungkapnya.
Jawa Timur merupakan daerah yang banyak melangsungkan pernikahan di usia muda.  Di Jatim, remaja putri yang telah melangsungkan pernikahan banyak di usia 19 tahun. “Memang di usia tersebut tidak melanggar Undang-Undang. Hanya saja, seorang remaja putri siap menikah adalah usia 21 tahun. Pada usia itu alat reproduksinya sudah siap untuk dibuahi. Itulah pentingnya pendidikan pranikah ini," jelasnya.
Menurutnya, menikah adalah fase yang harus dilalui oleh setiap orang.  Selain itu, menikah juga merupakan rangkaian kehidupan untuk membina biduk rumah tangga sehingga setiap orang pasti mempunyai cita-cita agar biduk rumah tangganya bahagia. Untuk menuju ke arah itu, tentunya dibutuhkan pengetahuan hingga pendidikan sebelum pernikahan.
Lebih lanjut dikatakan, salah satu rencananya akan menggandeng pondok pesantren dalam memberikan pemahaman pendidikan pranikah. Sedangkan untuk menyentuh remaja di pondok pesantren ini, pihak BKKBN Jatim menggandeng LKK Nahdlatul Ulama (NU).  Pada tahap awal, ponpes yang jadi sasaran adalah Pondok Pesantren Darul Ulum Jombang. Ke depan, kerjasama akan dilakukan dengan banyak ponpes lain di Jatim.
Menurut Djuwartini, saat ini jumlah remaja di Jatim mencapai 17 persen dari sekitar 38 juta penduduk. Dari jumlah itu, rata-rata usia menikah di Jatim baru 19,7 tahun. Pihaknya berharap, dengan program menyasar ponpes dan sejumlah program lain, angka usia menikah bisa naik menjadi 21 tahun.
“Untuk itu penting adanya pemahaman pernikahan sejak dini. Sebab, jika remaja yang usianya relatif muda memiliki jumlah cukup besar itu nantinya akan menikah bersamaan, kemudian memiliki anak bareng maka bisa-bisa terjadi baby boom (ledakan jumlah bayi). Maka dari itu, perlu adanya penundaan pernikahan, dengan melakukan perencanaan yang cukup matang," imbaunya.   * yit

Tidak ada komentar:

Posting Komentar