Banyuwangi – Target Investigasi
Banyuwangi - Hari ini warga Desa Kemiren
Kecamatan Glagah, Banyuwangi, menggelar tradisi mepe kasur (jemur kasur) secara
massal. Tradisi unik ini sebagai pembuka acara Festival Kemiren Tempoe Doeloe yang digelar
hingga 2 hari kedepan. Selain sebagai pembuka acara,
tradisi ini memang rutin digelar setahun sekali. Tepatnya menjelang malam Senin
atau malam Jumat di minggu pertama bulan Dzulhijjah. "Dilakukan satu tahun sekali,"
ujar Sesepuh Adat Kemiren, Djohati Timbul, ditemui Koran ini Kamis (18/10/2012). Timbul menjelaskan, tradisi mepe
kasur digelar secara turun temurun sejak ratusan tahun lalu. Dimaksudkan
sebagai upaya bersih desa atau
tolak balak. Ada yang unik dari tradisi ini.
Semua kasur yang dijemur memiliki kesamaan warna alias seragam. Kasur berwarna
hitam dibagian atas serta bawahnya. Sedangkan isi samping kasur berwarna merah
menyala. Suku Osing di Kemiren menyebutnya dengan istilah Kasur
Gembil. Kasur unik tersebut memiliki filosofi bagi kehidupan pernikahan suku
Osing. Sebab itu kasur gembil wajib dimiliki bagi pasangan yang baru menikah."Warna hitam berarti Langgeng, sedangkan merah berarti semangat," ujar Timbul.
Kasur Gembil juga menjadi saksi bisu pasang surut perjalanan rumah tangga pemiliknya. Semisal kasur milik pasangan Mbah Alim dan Mbah Endun, yang menikah tahun 1962 silam. Kasur berukuran sekitar 1x2 meter tersebut masih terlihat bagus. Begitu pula dengan kondisi kasur gembil milik pasangan suami istri lainnya. Semuanya masih terlihat awet seperti keinginan mereka agar kehidupan rumah tangganya awet pula.lantas adakah hubungan antara warna kasur (hitam dan merah) dengan semua itu?
Terlepas dari hal tersebut. Hingga hari ini Warga Desa Kemiren masih memegang teguh adat warisan leluhur mereka. Salah satunya menjaga rumah tangga mereka agar langgeng dengan cara menjalaninya penuh semangat (ary)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar