Banyuwangi – TARGET INVESTIGASI
BANYUWANGI – Seribu penari Gandrung ditonton ribuan orang. Itu pemandangan yang langsung terlihat di Pantai Boom kemarin, Sabtu (17/11) dalam pergelaran Parade Gandrung Sewu.
Parade ini ditampilkan dalam bentuk seni pertunjukan yang mengisahkan asal muasal lahirnya gandrung. Di awal perform, penonton disuguhi berbagai kesenian lokal Banyuwangi, yang kemudian dilanjutkan dengan fragmen Gandrung, mulai dari kemunculan Gandrung hingga prosesi bagaimana seorang penari ditasbihkan menjadi Gandrung. Kemudian muncullah seribu penari Gandrung dari berbagai sudut, dan menari langsung di atas pasir Pantai Boom.
Seluruh penari muncul dari
beberapa sudut panggung, menghambur ke arah tengah dan memenuhi arena. Mereka
membawakan tariannya langsung dari tepi pantai. Dari pantai tersebut, penonton
tak hanya sekedar menikmati tarian, namun juga dihibur suasana pertunjukan baru
dimana mereka bisa menyaksikan Selat Bali dan
Pulau Bali dari kejauhan.
Para penari yang seluruhnya berkostum merah menyala dan membawa
selendang merah, juga membawa property lain berupa dua buah kipas berwarna
merah putih. Suasana langsung terasa berbeda ketika mereka mulai
menggerak-gerakkan kipas yang dibawanya. Tak hanya itu, menjelang closing
tariannya, mendadak irama berubah menjadi irama tari Rodat Si’iran yang kental
dengan nuansa keislaman. Seketika mereka langsung membawakan tarian Rodat
Si’iran tersebut dengan tetap berkostum Gandrung. Pertunjukan diakhiri dengan
munculnya penari Seblang yang diarak keliling lokasi.
Undangan dan masyarakat yang
memadati areal Pantai Boom Banyuwangi tak henti-hentinya memberikan
standing applause menyaksikan pesona tari Gandrung yang dibawakan secara
kolosal ini.
Bupati Abdullah Azwar Anas
menyatakan rasa haru dan bangga atas terselenggaranya acara yang melibatkan
ribuan orang ini. “Tak hanya penarinya yang jumlahnya seribu, tapi penontonnya
juga ribuan. Terimakasih atas semangatnya yang luar biasa,”tandas Bupati Anas.
Para penari tak hanya berasal dari wilayah kota Banyuwangi, namun juga datang dari
beberapa wilayah pedesaan di Banyuwangi. Bahkan hingga menginap di sekolahnya
masing-masing untuk berlatih secara serius. “Terimakasih pada semua pihak yang
mendukung acara ini. Saya berjanji, potensi budaya Banyuwangi akan selalu
ditampilkan dalam Banyuwangi Festival,” pungkas Bupati Anas.
Parade Gandrung Sewu adalah
sebuah perhelatan sendratari gandrung secara kolosal yang dibawakan
oleh 1000 Gandrung. Namun kemudian antusiasme peserta membludak,
sehingga yang menjadi penari tak hanya seribu orang, melainkan membengkak
menjadi 1044 orang. 1044 orang itu terdiri atas 332 pelajar SD, 364 pelajar
SMP, dan 348 pelajar SMA. Mereka juga didukung oleh personil lainnya yakni 15
anggota paduan suara, 37 wiyogo (penabuh) dan 147 orang penampil fragmen
Gandrung. Total jumlahnya ada 1243 orang.
Selain dihadiri ribuan
masyarakat Banyuwangi dan Bupati Anas beserta ibu, tampak hadir pula dalam
event besar ini Wakil Menteri Kemenparekraf, Wakil Bupati Yusuf Widyatmoko
beserta ibu, dan anggota Forum Pimpinan Daerah beserta ibu. Selain itu
juga pejabat komponen Pemkab, para pengusaha, artis Arumi Bachsin, tokoh
masyarakat, tokoh agama dan budayawan.
Namun masih ada yang di sesalkan oleh beberapa
penonton yang menghadiri acara pagelaran gandrung sewu di mana para penari
sebelum tampil ada yang pingsan karena tidak kuat dengan sengatan matahari.yang
sangat menyengat,begitu juga para penari sempat mengeluh kepada Koran ini
karena mulai siang tidak ada konsumsi.terang seorang penari yang tidak mau di
sebutkan namanya.harapan dari para penari supaya di tahun depan panitia lebih
baik dari sekarang dan memperhatikan para penari.( Ar)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar